Banyak orang tidak tahu tentang Seminar Yesus — sebuah forum ilmiah internasional yang melibatkan 76 pakar dari berbagai disiplin, mulai dari sejarah, linguistik, hingga teologi. Seminar ini digagas untuk satu tujuan: mencari tahu, apa sebenarnya yang benar-benar diucapkan oleh Yesus.
Saya pertama kali membaca laporan The Jesus Seminar dengan rasa heran dan penasaran. Buku mereka, The Five Gospels: What Did Jesus Really Say?, membahas lima Injil: Matius, Markus, Lukas, Yohanes, dan Thomas. Di sampul depannya tertulis sebuah pertanyaan besar yang mengguncang banyak teolog: “Apa yang benar-benar Yesus ucapkan?”
Pertanyaan itu bukan serangan terhadap iman, melainkan ajakan untuk memahami bagaimana teks terbentuk, disalin, dan ditafsirkan selama berabad-abad.
Seminar Yesus Menentukan Empat Warna untuk Kebenaran
Dalam Seminar Yesus, para ahli membagi ucapan-ucapan yang diklaim berasal dari Yesus ke dalam empat kategori warna:
- Merah (Red): dianggap benar-benar diucapkan oleh Yesus.
- Merah muda (Pink): terdengar seperti Yesus, tapi tidak pasti.
- Abu-abu (Gray): mungkin, tapi ragu-ragu.
- Hitam (Black): dianggap bukan ucapan Yesus sama sekali.
Dan di sinilah hasilnya membuat banyak orang tercenung. Dari seluruh Injil yang dianalisis, 82% dari perkataan yang dikaitkan dengan Yesus dianggap tidak benar-benar berasal dari dirinya.
Artinya, hanya sekitar 18% dari teks-teks yang selama ini diyakini sebagai sabda Yesus yang dianggap “otentik” menurut penelitian tersebut.
Menariknya, dalam penelitian ini tidak ada satu pun peserta Muslim. Semua peserta berasal dari kalangan Kristen — dari berbagai denominasi dan universitas ternama di dunia.
Injil Yohanes dan Misteri Kata
Yang paling mengejutkan adalah hasil untuk Injil Yohanes. Dari 21 pasal dan 878 ayat, tak satu pun yang dicetak merah, hanya satu ayat berwarna merah muda (Yohanes 4:43), dan empat ayat abu-abu (Yohanes 12:24–26, 13:20).
Sisanya — 873 ayat — dikategorikan hitam, artinya bukan ucapan Yesus.
Termasuk dua ayat yang paling sering dijadikan dasar teologis bahwa Yesus adalah “Firman yang menjadi manusia”: Yohanes 1:1 dan Yohanes 1:14.
Menurut para peneliti, dua ayat itu bukan perkataan Yesus, melainkan narasi penulis Injil sendiri.
Sebagai pembaca lintas iman, saya tidak melihat ini sebagai ancaman terhadap iman siapa pun. Justru ini memperlihatkan bagaimana teks-teks suci hidup dalam sejarahnya sendiri — disalin, ditafsirkan, dan dipahami dengan cara yang berbeda di tiap zaman.
Seminar Yesus Membaca Ulang, Bukan Meragukan
Saya percaya, setiap agama memiliki cara tersendiri dalam memelihara wahyu. Seminar Yesus tidak sedang “menolak” Yesus, tapi berusaha mencari tahu konteks sebenarnya di balik teks.
Kadang, yang paling menakutkan bukan kehilangan iman, melainkan ketika iman berhenti bertanya.
Dan saya rasa, bertanya adalah bentuk lain dari percaya — karena kita ingin tahu lebih dalam, bukan karena kita meragukan.












Leave a Review