Para imam besar dalam sejarah Islam saling berbeda pendapat, tapi tetap bersaudara. Dari perbedaan mazhab dalam Islam, kita belajar tentang keluasan cinta dan adab berpikir.
Kita sering mengira hijab lahir dari ajaran agama. Tapi sejarah ternyata lebih tua dari iman—dan kadang, iman justru belajar dari budaya.
Ketika kita menelusuri akar sejarah, jilbab sebagai produk budaya bukan sekadar kain di kepala, tapi cermin cara manusia menafsirkan kesopanan.
Kadang perbedaan bukan soal iman, tapi soal lidah manusia yang menafsirkan surga dengan bahasa masing-masing.
Mungkin tenologi kuno yang hilang tidak pernah benar-benar lenyap — hanya menunggu manusia modern berhenti sombong, dan kembali belajar mendengar suara batu.
Kita terlalu lama diajarkan bahwa konflik Palestina–Israel adalah perang agama. Padahal, sejarah mencatatnya sebagai pertarungan politik, wilayah, dan tafsir kebenaran yang terlanjur disucikan.
Kita sering menyebut malaikat sebagai makhluk abadi yang tak tersentuh waktu. Tapi benarkah mereka tak akan mati? Al-Qur’an dan hadis justru memberi gambaran yang lebih dalam tentang batas eksistensi mereka.











