Keseimbangan di Alam Semesta

Teori Big Bang telah lama menjadi tonggak utama dalam memahami asal mula alam semesta. Tapi bagi banyak ilmuwan, dan juga bagi manusia yang masih percaya pada keteraturan, teori ini bukan hanya tentang ledakan besar — melainkan tentang keseimbangan di alam semesta yang muncul dari sesuatu yang semestinya kacau.

Dalam pandangan materialistik, sebuah ledakan mestinya menghasilkan kehancuran. Namun Big Bang justru melahirkan hukum, keteraturan, dan sistem yang terukur. Dari satu titik yang padat dan nyaris tak berwujud, alam semesta mengembang, menciptakan galaksi, bintang, dan planet yang bergerak dalam harmoni.

Bahkan hukum fisika yang mengatur pergerakan semua benda langit itu tidak berubah selama 15 miliar tahun terakhir.

Sebagaimana dikatakan Sir Fred Hoyle, yang awalnya menolak Big Bang lalu akhirnya menerima kerapian di baliknya, “Sebuah ledakan hanya memisahkan zat, tetapi Ledakan Dahsyat justru menyatukannya dalam keteraturan.”

Pernyataan itu mengandung paradoks yang dalam: jika alam semesta ini lahir dari ledakan, maka ledakan itu bukan kekacauan, melainkan perintah.

Keseimbangan di Alam semestaDari Ledakan ke Keteraturan

Jika kita perhatikan semua jenis ledakan di bumi — dari gunung berapi, nuklir, hingga gas alam — semuanya bersifat merusak. Tidak ada satu pun yang menghasilkan struktur yang teratur. Tapi anehnya, Big Bang justru menjadi kebalikan dari semua itu.

Bagaimana mungkin sebuah ledakan acak melahirkan hukum gravitasi yang presisi, atau orbit planet yang tidak pernah saling bertabrakan? Di sinilah manusia mulai bertanya: apakah ada “tangan tak terlihat” yang mengatur semuanya?

Paul Davies, seorang fisikawan teoretis terkenal, pernah menghitung tingkat ketepatan ekspansi alam semesta sesaat setelah Big Bang. Hasilnya mencengangkan: jika ekspansi itu berbeda sedikit saja, bahkan dengan rasio 1 dibanding 1.000.000.000², maka bintang-bintang takkan pernah terbentuk.
Artinya, keseimbangan alam ini bergantung pada presisi yang nyaris mustahil — setara dengan menembakkan anak panah dari satu sisi galaksi dan mengenai sasaran di sisi lain.
(Paul Davies, The Mind of God, Cambridge University Press).

Stephen Hawking pun dalam bukunya A Brief History of Time menulis hal serupa:
“Jika tingkat ekspansi satu detik setelah Big Bang lebih kecil bahkan mendekati satu per seratus ribu juta, maka alam semesta akan runtuh sebelum mencapai ukurannya yang sekarang.”
(Stephen Hawking, A Brief History of Time).

Dengan perhitungan yang demikian rumit dan konstan selama miliaran tahun, banyak ilmuwan mulai mengakui bahwa alam semesta tidak hanya terbentuk secara kebetulan. Ada harmoni yang seolah dirancang, bukan terjadi begitu saja.

Kehidupan di Garis Tipis antara Chaos dan Orde

Dari semua hukum yang lahir dari Big Bang, keseimbangan alam semesta menjadi hal yang paling luar biasa. Gravitasi, kecepatan cahaya, dan kekuatan elektromagnetik semuanya bekerja dalam nilai yang spesifik. Sedikit saja meleset, kehidupan tidak akan pernah muncul.

George Greenstein dalam bukunya The Symbiotic Universe menulis, “Tatkala kami meneliti semua bukti tersebut, muncul pikiran bahwa sebentuk perantara supranatural pasti terlibat.”
(The Symbiotic Universe – George Greenstein)

Para ilmuwan mungkin tidak sepakat tentang siapa “perantara” itu. Tapi fakta bahwa alam semesta tetap stabil selama miliaran tahun menunjukkan satu hal: ada keseimbangan yang dijaga.
Tidak hanya oleh hukum fisika, tapi oleh sesuatu yang jauh lebih besar dari hitungan dan angka.

Keseimbangan di alam semesta adalah keajaiban itu sendiri — keteraturan yang lahir dari ledakan, kesempurnaan yang lahir dari ketidakteraturan.

Dan mungkin, Bung, ketika manusia menatap langit malam, ia sedang melihat ulang bukti paling tenang dari kekuatan yang dulu menciptakan segalanya: keteraturan dari kekacauan, kesadaran dari kehampaan.

author avatar
Rully Syumanda
Arsitek, Penggiat Lingkungan dan Ayah dari tiga orang putri. Tidak terlalu relijius namun selalu berusaha berbuat baik dan percaya bahwa gagasan besar sering lahir dari percakapan kecil. Melalui laman ini, saya ingin berbagi cara pandang — bukan untuk menggurui, tapi untuk membuka ruang dialog. Tentang iman yang membumi, demokrasi yang manusiawi, dan kemakmuran yang tidak meninggalkan siapa pun.
Verified by MonsterInsights